Minggu, 07 April 2013

Parafrasa



BAB VI
MEMBUAT PARAFRASA LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA
A.     Pengertian Parafrasa

     Berdasarkan Kamus Besar Indonesia, parafrasa adalah sebagai berikut.
(1)   Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yanglain tanpa mengubah pengertiannya.
(2)   Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.

Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sbuah wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya. Parafrasa cenderung diuraikan dengan menggunakan bahasa si pembuat parafrasa bukan diambil dari kalimat sumber aslinya apalagi membuat parafrasa secara lisan.
Memparafrasakan sesuatu tuturan atau karangan secara lisan bisa dilakukan setelah mendengar tuturan lisan atau setelah membaca suatu naskah tulisan. Hal itu lazim dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa membuat parafrasa. Untuk mereka yang baru dalam tahap belajar, langkah membuat parafrasa ialah dengan cara meringkasnya terlebih dahulu. Namun, harus diingat parafrasa disusun dengan bahas sendiri, bukan dengan bahas asli si penulis.

B.     Cara membuat Parafrasa

     Berikut adalah hal yang perlu dilakukan untuk membuat parafrasa dari sebuah bacaan.
(1)   Bacalah naskah yang akan di parafrasakan sampai selesai untuk memperoleh gambaran umum isi bacaan/tulisan.
(2)   Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian penting dan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan.
(3)   Catatlah kata inti dan kata-kata kunci secara berurut.
(4)   Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok yang sesuai dengan topik bacaan.
(5)   Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan bahas sendiri.

Membuat parafrasa lisan berarti uraian tertulis yang telah dibaca atau yang telah didengar, diungkapkan kembali secara lisan dengan kalimat sendiri dengan menerapka teknik membuat parafrasa sama seperti di atas.
(1)   Membaca informasi secara cermat.
(2)   Memahami isi informasi secara umum.
(3)   Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri.
(4)   Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut.
(5)   Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema /topik informasi sumber.
(6)   Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri.
(7)   Jika kesulitan menguraikannya, hal dibawah ini dapat membantu:
(a)    Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kataaslinya.
(b)   Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian aslinya.
(c)    Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif.
(d)   Jika menggunakan narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga.

C.     Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa

     Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak sama dengan prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larik atau bait. Pada puisi terdapat banyak kata-kata yang bermakna kias atau konotasi. Oleh karena itu, isi atau tema puisi biasanya tersirat.

     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi prosa ialah sebagai berikut.
(1)   Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.
(2)   Pahami isi kandungan puisi secara utuh.
(3)   Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.
(4)   Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalm bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri.
(5)   Sampaikan secara lisan atau dibacakan.
D.Memparafrasakan Nasfah Drama Menjadi Prosa atau Cerita
Naskah drama juga termasuk karya sastra memiliki ciri khas tersendiri. Naskah drama terdiri atas uraian cerita dan dialog, namun lebih banyak unsur dialognya. Dalam naskah drama, tokoh di tulis berjajar di sebelah kiri diikuti dengan percakapan tokoh tersebut. Sesekali terdapat penjelasan mengenai gerakan, perilaku, pikiran, atau perasaan si tokoh yang di tulis di dalam kurung. Memparafrasa naskah drama sama dengan puisi, yaitu kita harus membacanya untuk memahami jalan ceritanya secara utuh. Jika dalam piisi terdapat simbol, pada naskah drama, kita harus memperhatikan unsur berikut.
(1)   Pahami setting atau latar cerita.
(2)   Pahami dialog dan ambil simpulannya secara menyeluruh.
(3)   Pahami penjelasan tentang tokoh yang ada di dalam kurung.

Setelah mendapat kesan secara umum jalan cerita  dalam naskah drama, uraikan kembali cerita drama ke bentuk prosa singkat dengan menggunakan bahasa sendiri.
E. Pola Penyajian Informasi Lisan
            Beberapa pola penyajian atau penyampaian informasi secara lisan adalah sebagai berikut.
1.      Pola contoh
Parafrasa dengan pola contoh dikembangkan memerinci atau memberikan ilusteasi untuk menjelaskan ide pokoknya.
2.      Pola Proses
Parafrasa di uraikan dalam bentuk proses, dengan memerinci cara kerja, langkah-langkah atau tahapan pelaksanaan. Parafrasa dengan pola ini berberntuk uraian ekspositoris.
3.      Pola Sebab Akibat
Parafrasa dengan pola ini diawali dengan mengemukakan atau menggambarkan hal-hal yang menunjukkan sebab dan akhiri dengan suatu akibat.
4.      Pola Urutan/Kronologis
Parafrasa pola ini pemaparannya diuraikan berdasarkan urutan waktu dan rangkaian kejadiannya. Parafrasa pada pola urutan/kronologis bersifat narasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar